Menelisik Sastra Lisan Ternate
Daftar Isi
Tiap-tiap daerah memiliki bentuk sastra lisannya masing-masing, meskipun kadang-kadang bentuk sastra lisan di suatu daerah banyak kemiripannya dengan daerah lain. Misalnya cerita legenda tujuh putri yang selain ada di Ternate, ada juga di Jawa dan Kalimantan bahkan di Negara lain yang sangat mirip.
Sastra lisan, baik prosa maupun puisi atau lainnya sudah lama tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Ternate. Kecenderungan sastra lisan ini disebabkan kecenderungan watak masyarakatnya.
Bentuk sastra lisan yang mulanya diceritakan dari mulut ke mulut ini merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Ternate. Di dalamnya terkandung do'a, nasihat, nilai pendidikan, silsilah, mantra, adat istiadat dan juga kepercayaan.
Penciptaannya pada umumnya tidak diketahui secara pasti (anonim). Oleh sebab itu hasilnya merupakan milik bersama, pancaran masyarakat lama yang statis.
Sastra lisan Ternate yang dijumpai dalam bentuk prosa antara lain adalah legenda, sage dan mitos. Sedangkan dalam bentuk puisi adalah pantun, pepatah dan mantra juga syair misalnya "Rorasa". Pada umumnya penduduk pada masa lalu mengenal bentuk-bentuk puisi dan syair ini.
Hal ini karena menggunakan bentuk-bentuk sastra lisan merupakan salah satu cara terbaik untuk menyampaikan nasihat, teguran, anjuran dan sindiran, serta hal ini juga dengan mudah diterima oleh pendengarnya atau orang yang menerimanya.
Namun di dalam pewarisannya, sedikit sekali orang yang masih mengenal sastra lisan ini karena tidak ada lagi yang mewariskannya dari generasi sebelumnya. Oleh karena itu, kebanyakan sudah semakin hilang dari waktu ke waktu hingga saat ini.
Maka dari itulah kiranya sangat penting untuk dilakukan suatu upaya inventarisasi guna mencegah kondisi yang semakin parah. Selain itu pula, setelah dilakukannya upaya inventarisasi, maka langkah berikutnya adalah upaya implementasi dari semua bentuk yang ditemukan dari hasil inventaris itu.
Bentuk-bentuk Sastra Lisan Ternate
Bentuk-bentuk sastra lisan yang terdapat di dalam kehidupan budaya masyarakat Ternate adalah antara lain seperti terlihat pada dua bentuk bagian berikut ini:
Bentuk bukan cerita
1. Doro bololo
2. Dalil Moro
3. Dalil tifa
4. Pandara (pantun)
5. Mantra
6. Rorasa
7. Tamsil
8. Cum cum
9. Moro se saluma
Bentuk cerita
1. Mitos atau mite
2. Legenda
3. Dongeng
4. Fabel
5. Sage
Setiap masyarakat, dimanapun di belahan bumi ini, memiliki tradisi dan budayanya sendiri-sendiri yang membedakan kelompok masyarakat yang satu dengan kelompok masyarakat yang lainnya. Budaya atau tradisi ini, pada kelompok-kelompok masyarakat tertentu, selain terdapat perbedaan-perbedaan, terkadang memiliki kemiripan, atau juga kesamaan-kesamaan.
Hal ini seperti yang dapat dilihat pada bentuk tradisi dan budaya yang terdapat dalam masyarakat Kie Raha yang terkadang pula ditemukan di daerah atau Negara lain. Kebudayaan dan tradisi ini terbentuk dari berbagai kondisi, baik kondisi geografis, sosial maupun pola pikir masyarakat itu sendiri dengan proses waktu yang tidak singkat, yang telah menyatu dan diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan berbagai perubahan yang dialaminya.
Perubahan itu merupakan hal yang sulit dihindari, karena sifat dinamis yang dimiliki kebudayaan itu sendiri. Perubahan itu bisa juga merupakan perubahan ke arah yang lebih baik ataupun juga perubahan yang mengarah pada suatu kondisi yang sangat disayangkan, yaitu kepunahan.
Bentuk budaya atau tradisi Ternate yang telah diciptakan oleh masyarakat lama Ternate, selalu mencerminkan kehidupan masyarakatnya. Seperti sastra lisan yang mana diciptakan dengan dasar realitas yang ada di masyarakat pencipta dan pemiliknya kala itu.
Oleh karena itu, maka selain bukti fisik sejarah yang diwariskan oleh para leluhur, bentuk sastra lisan juga merupakan gambaran fakta kultural di masa lalu yang tentu harus ditumbuhkembangkan dan dilestarikan kemudian dipelajari hal-hal yang bermanfaat yang terdapat di dalamnya. Selain itu, upaya menyelamatkan dan melestarikan juga merupakan bentuk apresiasi terhadap leluhur; generasi pencipta bentuk tradisi itu.
Bentuk-bentuk sastra lisan ini juga sudah mulai jarang didengar, namun masih banyak yang tersebar di tengah kehidupan masyarakat Ternate. Oleh karena itu sangat perlu dilakukan upaya inventarisasi lebih dalam untuk menambah dan melengkapi apa yang sudah ditemukan oleh peneliti dan penulis-penulis terdahulu.
Di samping itu pula adalah untuk memperkaya khasanah budaya dan sastra daerah, khususnya Maluku Utara.
Posting Komentar